Pasukan Gagal Tobat

Summer's Blanket

Inisiator Proyek

Sutradara

Wucha Wulandari

Wucha Wulandari menyelesaikan studi Film dan Televisi di Institut Seni Indonesia Yogyakarta dan melanjutkan studi magister Ilmu Budaya jurusan Antropologi di Universitas Gadjah Mada. Melalui film dan sebagai peneliti, ia menyuarakan isu dan peran anak perempuan. Wucha adalah pembuat film wanita yang terpilih dalam program See Me, Hear Me yang didanai oleh DFAT’s Australian Awards Fellowship di Australia. Film dokumenternya, Muslimah, memenangkan Best Film in Youth and Collaboration Category di ReelOzine Film Festival 2018 dan diputar di banyak festival. Ia mendirikan Semaya Studio, sebuah perusahaan yang mengeksplorasi metode riset dengan medium audiovisual yang berfokus pada isu sosial budaya.

Produser

Dian Herdiany

Dian Herdiany, lulusan Antropologi, Universitas Indonesia mendirikan Yayasan Kampung Halaman pada 2006 –sebuah lembaga nonprofit yang bekerja mengembangkan kemampuan berpikir kritis remaja di komunitas seluruh Indonesia. Setelah lulus, Dian aktif sebagai peneliti, fasilitator remaja, serta produser film kolaborasi dan partisipatif dengan isu-isu remaja. Pada 2011, Yayasan Kampung Halaman menerima The International Spotlight Award dari The National Arts and Humanities Youth Program Award 2011 di Washington DC, USA dan menjadi satu-satunya kelompok komunitas anak muda di Asia yang meraih kehormatan tersebut. Saat ini, Dian sedang membangun kewirausahaan sosial, We Love You(th).

Logline

Ikatan persaudarian 6 remaja yang diuji untuk memenuhi ekspektasi masyarakat terhadap perempuan di tengah gagal panen beruntun yang dihadapi keluarga mereka.

Sinopsis

Pasukan Gagal Tobat: Wilma (18 tahun), Mira (18 tahun), Dewi (17 tahun), Kharisma (16 tahun), Okta (22 tahun), dan Naya (19 tahun) bersahabat sejak gabung di kelompok voli perempuan Dusun Kalikidang. Walau memiliki perbedaan usia, impian serta latar belakang ekonomi keluarga tetapi persahabatan dan persaudarian mereka dijahit oleh satu kesamaan: menolak ekspektasi masyarakat terhadap perempuan untuk menikah dan mengurus anak di usia remaja. Nama Pasukan Gagal Tobat pun lahir sebagai ekspresi humor gelap keenam remaja ini atas situasi yang mereka hadapi.

Di musim kemarau ini, suhu udara di Kalikidang menurun drastis. Jaket tergantikan oleh selimut sebagai penghangat, dikenakan warga dalam keseharian. Dapur hitam dengan tungku pemanas di rumah Wilma dan ruang tamu rumah Mira dan Okta menjadi tempat Pasukan Gagal Tobat menghabiskan waktu luang bersama. Dari mulai masak sayur liar dari hutan, bergosip tentang teman perempuan yang segera menikah, serta berkeluh kesah masalah keluarga dan gagal panen di Dusun Kalikidang. Tidak jarang mereka juga berkumpul untuk saling membantu pekerjaan rumah, seperti menyetrika, memasak, dan mencuci baju. Dengan satu tujuan: meringankan beban mengurus rumah yang semakin berat untuk anak perempuan seperti mereka di masa gagal panen ini.

Setahun terakhir adalah tahun yang berat bagi keluarga petani Dusun Kalikidang, dan dusun sekitar Kecamatan Pandansari. Mereka mengalami gagal panen beruntun akibat perubahan cuaca tak terduga dan ekstrem. Seperti orang tua Wilma yang merugi 20-50 juta di lahan yang mereka sewa. Berhutang, menidurkan lahan, dan bekerja jadi buruh harian di perkebunan teh atau jamur, menjadi opsi sementara warga Kalikidang, sambil mempelajari perubahan musim yang sulit mereka prediksikan kapan akan berakhir.

Kini, kondisinya semakin dilematis bagi Pasukan Gagal Tobat karena Dewi, salah satu anggota mendadak mengabarkan akan menikah dengan pacar yang baru dikenalnya 3 bulan lalu. Bagaimana Wilma dan kawan-kawan menanggapi keputusan Dewi? Sejauh mana persahabatan dan persaudarian dalam Pasukan Gagal Tobat dapat dipertahankan di tengah situasi sulit ini?