Furinkazan

Inisiator Proyek

Sutradara

Hartanto Ridho Darusman

Ridho lahir pada 14 Desember 1997 dan menghabiskan 25 tahun hidupnya di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Ia menyelesaikan pendidikannya di Program Studi Film & Televisi di ISI Yogyakarta pada akhir tahun 2022. Ridho mulai tertarik dengan dokumenter sejak mengikuti mata kuliah dokumenter. Rasa keingintahuan yang mendalam terhadap sesuatu kemudian menggerakkannya untuk berempati terhadap hal-hal kecil dan penting yang mungkin tidak terlihat untuk kemudian ia sampaikan melalui medium dokumenter.

Produser

Anita Reza Zein

Anita Reza Zein adalah pembuat film dokumenter lulusan program studi Film dan Televisi di ISI Yogyakarta. Di luar kampus, dia belajar film dengan mengikuti program workshop Talent Campus Fajr International Film Festival (2017), VGIK Summer School (2017), Looking China (2018), Indonesia Distanced Stories (2020), dan Movie That Matters (2021). Film kelulusannya, Dulhaji Dolena, masuk sebagai nominasi Festival Film Indonesia 2020 pada kategori Film Dokumenter Pendek Terbaik dan diputar di VGIK International Film Festival (Rusia). Dia juga bekerja sebagai kontributor lepas untuk berbagai media internasional seperti AJPlus, Great Big Story by CNN, Business Insider, dan Bloomberg.

Logline

Para pemuda dari desa ingin memperbaiki kondisi ekonomi dengan gaji lebih tinggi dari gaji rata-rata di Indonesia melalui program magang di Jepang.

Sinopsis

Saut-sautan percakapan bahasa Jepang terdengar dari beberapa rumah warga di Dusun Bungas, Sumberagung, Jetis, Bantul, D.I. Yogyakarta. Rumah-rumah tersebut dipenuhi para pemuda dari berbagai desa yang berbondong mengikuti program pelatihan kerja magang di Jepang. Di LPK Furinkazan, mereka diharuskan belajar mengenai industri, bahasa, tata krama, etika kerja, dan budaya Jepang. Tujuan mereka di tempat itu yakni satu, Jepang.

Jepang memberi mereka mimpi akan kesuksesan dengan tawaran gaji sekitar 12-18 juta per bulan yang jauh di atas UMR kota-kota di Indonesia. Dengan gaji tersebut, mereka berharap dapat memperbaiki kondisi ekonomi keluarga. Pekerjaan yang ditawarkan di Jepang yaitu sebagai penjaga kasir, perhotelan, peternakan, pertanian, petugas kebersihan bengkel, dan konstruksi. Di akhir program pelatihan, mereka akan mengikuti seleksi langsung dengan perusahaan Jepang. Tes memperkenalkan diri (jikoshoukai) dan wawancara (mensetsu) adalah pintu gerbang penentu akhir keberangkatan mereka.

LPK Furinkazan menjadi ruang pelatihan sekaligus tempat tinggal para siswa. Seperti para siswa sekolah umum, setiap pagi hingga sore hari mereka disibukkan dengan kelas-kelas pembelajaran dan di malam hari mereka sibuk mengerjakan PR. Rutinitas ini mereka jalani secara intens selama 4 bulan hingga mereka bisa melamar kerja ke perusahaan-perusahaan Jepang. Rata-rata dari mereka datang ke LPK Furinkazan belum mengetahui pekerjaan apa yang ingin mereka pilih.

Film Furinkazan adalah film tentang kerja keras, mimpi, dan kebingungan anak-anak muda dalam meraih “masa depan yang lebih baik” yang diceritakan melalui para siswa: Herwanti (20 tahun), Nugraha (29 tahun), Ibra (19 tahun), dan Prima (30 tahun) sebagai pemilik LPK Furinkazan. Furinkazan sendiri memiliki arti “angin, hutan, api, gunung”–sebuah strategi perang yang digunakan Takeda Shingen, seorang daimyo zaman Sengoku